Kontak Kami
Ube Jewellery melayani sepenuh hati
Ternyata benda sekecil cincin kawin bukan hanya sekedar pelengkap dalam sebuah perkawinan, melainkan memiliki sejarah dan filosofi yang sangat dalam untuk hubungan sebuah pasangan.
Para ahli menyatakan bahwa cincin kawin pertama kali digunakan pada zaman Mesir kuno sekitar 6000 tahun lalu. Wanita Mesir saat itu senang menggunakannya karena dapat memeprcantik tangan mereka. Dulunya cincin tidak dibuat dari emas berlian, tetapi dari bahan sederhana seperti tulang binatang, gading gajah, maupun kulit hewan lainnya.
Anda tentu tahu, dimana pun tempatnya, seperti apapun budayanya sebuah pernikahan pasti akan dilengkapi dengan yang namanya cincin kawin.
Kebanyakan pasangan menggunakan cincin sebagai simbol cinta mereka, bentuk lingkaran sebagai simbol keabadian cinta yang tak berujung, batu permata Ruby sebagai simbol keindahan cinta dari bentuknya yang menyerupai hati dan jenis logam yang digunkannya. Sebagai contoh filosofi yang terkandung dalam logam cincin:
Kenapa dikenakan di jari manis..?
Mungkin hal ini juga sempat menjadi pertanyaan banyak orang ya mengapa setiap pasangan yang menikah harus menenangkan cincinnya di jari manis. Kenapa tidak di jari lain saja? Ternyata menurut kepercayaan leluhur, jari manis itu terdapat pembuluh darah yang dikenal dengan nama Vena Amoris atau pembuluh darah cinta.
Banyak yang mempercayai hal itu meskipun masih belum ada penjelasan ilmiahnya. Sementara kepercayaan Cina menyebutkan bahwa setiap jari kita memiliki filosofi masing-masing. Misalnya jempol mewakili orang tua, telunjuk adalah simbol dari saudara, jari tengah merepresentasikan diri sendiri, dan jari manis mewakili pasangan hidup. Itulah mengapa cincin dianggap untuk mengikat pasangan hidup tadi.
Sekarang sudah tahukan, seru sekali memang bila kita mempelajari asal muasal sebuah benda yang sudah sangat akrab dengan keseharian kita. Semoga bermanfaat..
Belum ada komentar untuk Filosofi Cincin Kawin atau Pernikahan